Sabtu, 15 Juli 2017

Selamat Datang di Keluarga Kami

Assalamu'alaykum ^^

Ini tulisan pertama setelah sekian lama vakum kendati beberapa kesibukan belajar dan mengajar (hehe)

Ini tentang anggota keluarga baru kami. Menantu Ayah dan Ibu, yang kusebut ‘Ipar’.

Sekitar lima bulan lalu, kedua kakakku melangsungkan ‘Pernikahan Kembar’ yang digelar di sebuah gedung yang jaraknya tak begitu jauh dari kediaman kami.

Aku yang sejak dulu menantikan ‘Hari Istimewa’ itu begitu antusias mempersiapakn segala sesuatunya. Mulai dari pengurusan undangan, jamuan dan sebagainya. Rasanya seperti dihujam kebahagiaan beruntun. Sebab kabar bahagia itu kuterima beberapa pekan setelah hari kelulusanku (read: wisuda).

Aku yang sudah terlampau kegirangan selalu bertanya-tanya pada Ayah dan Ibu. ‘Tentang apa lagi yang harus dipersiapakan selanjutnya’, ‘Nanti kakakku pakai baju apa? Model apa? Warna apa?’, dan segudang pertanyaan lainnya.

Singkat cerita. Proses akad dan walimatul ‘ursy berjalan dengan baik Alhamdulillaah. Para undangan yang hadir juga tidak mempermasalahkan dengan adanya hijab yang memisahkan antara tamu ikhwan dan akhwat.
___

Benarlah adanya, bahwa pribadi yang baik akan bertemu dengan pribadi yang baik pula. Pribadi yang shalih akan bertemu dengan pribadi yang shalihah. Begitupun sebaliknya. Masyaa Allaah.

Dari sekian orang yang beruntung, kedua kakak dan iparku mungkin adalah salah satunya, menurutku.

Kenapa kusebut mereka beruntung?
Selain mereka saling menemukan yang terbaik dan saling menyempurnakan. Mereka juga sama-sama memiliki keluarga baru yang menerima mereka dengan perasaan bahagia yang utuh. Yang menganggap dan memperlakukan mereka layaknya anak sendiri. “What a sweet happiness, right?!”

Mendapat ‘Ipar’ rupanya tak seburuk yang kubayangkan. Semula aku berpikir keaadaan akan berubah. Dan secara otomatis memang ada perubahan. Tapi kabar baiknya, perubahan yang terjadi adalah perubahan-perubahan yang baik.

Aku menyaksikan langsung perubahan-perubahan itu. Khususnya pada kedua kakakku. Pasca menikah, mereka berdua terlihat lebih taat dalam ibadah. Lebih disiplin dan lebih bertanggung jawab.

Suatu ketika, aku pernah dilanda perasaan ‘Cemburu’ pada kedua kakakku itu. Yang menurutku wajar-wajar saja itu terjadi saat mereka berdua tak lagi bisa menghabiskan banyak waktunya bersama adik bungsunya yang satu ini, seperti hari-hari sebelumnya.

Hingga akhirnya aku paham, bahwa memang seperti itulah sunnatullah bagi siapa saja yang sudah menikah.

Khususnya untuk anak perempuan. Selepas calon suaminya menjabat tangan Ayahnya dalam ijab qabul. Maka terjadi peralihan tanggung jawab secara menyeluruh dari Ayah yang berpindah pada suami putrinya.

Ahh.. seperti biasa. Aku memang selalu menanggapi sesuatu dengan sudut pandang yang lain, yang sepertinya terkesan berlebihan. “Maklumi sajalah. Namanya juga anak bungsu.” pikirku :p
___

Intinya, melalui pernikahan kakak, aku belajar banyak. Banyak sekali. Aku kini paham tentang makna ’Menikah’ yang sesungguhnya.

Bahwa menikah itu tak boleh asal. Ada tanggung jawab besar disana. Tak bisa sekedar mengandalkan ‘Rasa’ semata. Butuh persiapan yang benar-benar matang sepenuhnya. Butuh ilmu dan materi. Juga butuh kesiapan raga dan rohani. Srius!

Sebab menikah tidak sebatas senang-senang semata. Bukan hanya tentang menyatukan dua orang yang saling mencinta. Namun lebih kepada menyatukan dua keluarga yang ingin bersama.

Menikah itu sebuah ‘Kesenian’. ‘Seni Bersabar’, ‘Seni Memahami’, ‘Seni Toleransi’. Toleransi dengan adat, budaya dan tradisi pasangan. Memaklumi kebiasaan-kebiasaan pasangan. Mulai dari caranya tidur yang kadang mendengkur, misalnya. Caranya makan, caranya berpakaian dan lain sebagainya.

Saling mengingatkan jika sedang lalai. Saling menguatkan jika sedang rapuh. Saling menenangkan jika sedang resah. Saling membantu dalam hal apapun, baik itu pekerjaan rumah dan lainnya. Saling berjuang dan mendo’akan agar mampu menuju syurga tertinggi Allah bersama dengan cara yang diridhai-Nya.

Itu saja yang ingin kubagikan kali ini, guys.
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca.
Jika ada kesalahan kata, mohon diluruskan :)

Semoga kita senantiasa dijadikan pribadi yang senantiasa menyibukkan diri dalam kebaikan. Hingga kelak dipertemukan dengan pribadi yang baik pula. Yang mampu membimbing dengan cara yang baik dan benar.

FYI, sekarang sedang dalam tahap persiapan untuk lanjut study insyaAllah. Mohon do'anya yaa.. ^^

Pondok Azzahra.
Pukul 09.00 Pagi.

4 komentar:

  1. Subhanallah..
    Salam untuk kakaknya ya ka Dhila.. ^^
    Semoga ka Dhila segera menyusul, heu..
    Bakallahu fiik..

    BalasHapus
  2. Waah selamat. Barakallahu buat kedua pasangan yang berbahagia itu. Nikahnya di Palopo?

    BalasHapus

Followers

 

Ayari Tell The Story Template by Ipietoon Cute Blog Design