Assalamu'alaykum ^^
Ini tulisan pertama setelah sekian lama vakum kendati beberapa kesibukan belajar dan mengajar (hehe)
Ini tentang anggota keluarga baru kami. Menantu Ayah dan Ibu, yang kusebut ‘Ipar’.
Sekitar lima bulan lalu, kedua
kakakku melangsungkan ‘Pernikahan Kembar’ yang digelar di sebuah gedung yang
jaraknya tak begitu jauh dari kediaman kami.
Aku yang sejak dulu menantikan
‘Hari Istimewa’ itu begitu antusias mempersiapakn segala sesuatunya. Mulai dari
pengurusan undangan, jamuan dan sebagainya. Rasanya seperti dihujam
kebahagiaan beruntun. Sebab kabar bahagia itu kuterima beberapa pekan setelah
hari kelulusanku (read: wisuda).
Aku yang sudah terlampau
kegirangan selalu bertanya-tanya pada Ayah dan Ibu. ‘Tentang apa lagi yang
harus dipersiapakan selanjutnya’, ‘Nanti kakakku pakai baju apa? Model apa?
Warna apa?’, dan segudang pertanyaan lainnya.
Singkat cerita. Proses akad dan walimatul ‘ursy berjalan dengan baik Alhamdulillaah. Para undangan
yang hadir juga tidak mempermasalahkan dengan adanya hijab yang memisahkan
antara tamu ikhwan dan akhwat.
___
Benarlah adanya, bahwa pribadi
yang baik akan bertemu dengan pribadi yang baik pula. Pribadi yang shalih akan bertemu dengan pribadi yang shalihah. Begitupun sebaliknya. Masyaa
Allaah.
Dari sekian orang yang beruntung,
kedua kakak dan iparku mungkin adalah salah satunya, menurutku.
Kenapa kusebut mereka beruntung?
Selain mereka saling menemukan yang terbaik dan
saling menyempurnakan. Mereka juga sama-sama memiliki keluarga baru yang
menerima mereka dengan perasaan bahagia yang utuh. Yang menganggap dan
memperlakukan mereka layaknya anak sendiri. “What a sweet happiness, right?!”
Mendapat ‘Ipar’ rupanya tak seburuk yang
kubayangkan. Semula aku berpikir keaadaan akan berubah. Dan secara otomatis
memang ada perubahan. Tapi kabar baiknya, perubahan yang terjadi adalah
perubahan-perubahan yang baik.
Aku menyaksikan langsung perubahan-perubahan itu.
Khususnya pada kedua kakakku. Pasca menikah,
mereka berdua terlihat lebih taat dalam ibadah. Lebih disiplin dan lebih
bertanggung jawab.
Suatu ketika, aku pernah dilanda perasaan ‘Cemburu’
pada kedua kakakku itu. Yang menurutku wajar-wajar saja itu terjadi saat mereka
berdua tak lagi bisa menghabiskan banyak waktunya bersama adik bungsunya yang
satu ini, seperti hari-hari sebelumnya.
Hingga akhirnya aku paham, bahwa memang seperti
itulah sunnatullah bagi siapa saja yang
sudah menikah.
Khususnya untuk anak perempuan. Selepas calon
suaminya menjabat tangan Ayahnya dalam ijab
qabul. Maka terjadi peralihan tanggung jawab secara menyeluruh dari Ayah yang berpindah pada suami putrinya.
Ahh.. seperti biasa. Aku memang selalu menanggapi
sesuatu dengan sudut pandang yang lain, yang sepertinya terkesan berlebihan.
“Maklumi sajalah. Namanya juga anak bungsu.” pikirku :p
___
Intinya, melalui pernikahan kakak, aku belajar
banyak. Banyak sekali. Aku kini paham tentang makna ’Menikah’ yang
sesungguhnya.
Bahwa menikah itu tak boleh asal. Ada tanggung jawab besar disana. Tak bisa sekedar
mengandalkan ‘Rasa’ semata. Butuh persiapan yang benar-benar matang sepenuhnya.
Butuh ilmu dan materi. Juga butuh kesiapan raga dan rohani. Srius!
Sebab menikah tidak sebatas senang-senang semata. Bukan hanya tentang menyatukan
dua orang yang saling mencinta. Namun lebih kepada menyatukan dua keluarga yang
ingin bersama.
Menikah itu sebuah ‘Kesenian’. ‘Seni Bersabar’,
‘Seni Memahami’, ‘Seni Toleransi’. Toleransi dengan adat, budaya dan tradisi
pasangan. Memaklumi kebiasaan-kebiasaan pasangan. Mulai dari caranya tidur yang
kadang mendengkur, misalnya. Caranya makan, caranya berpakaian dan lain
sebagainya.
Saling mengingatkan jika sedang lalai. Saling
menguatkan jika sedang rapuh. Saling menenangkan jika sedang resah. Saling
membantu dalam hal apapun, baik itu pekerjaan rumah dan lainnya. Saling
berjuang dan mendo’akan agar mampu menuju syurga tertinggi Allah bersama dengan
cara yang diridhai-Nya.
Itu saja yang ingin kubagikan kali ini, guys.
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca.
Jika ada kesalahan kata, mohon diluruskan :)
Jika ada kesalahan kata, mohon diluruskan :)
Semoga kita senantiasa dijadikan pribadi yang
senantiasa menyibukkan diri dalam kebaikan. Hingga kelak dipertemukan dengan
pribadi yang baik pula. Yang mampu membimbing dengan cara yang baik dan benar.
FYI, sekarang sedang dalam tahap persiapan untuk lanjut study insyaAllah. Mohon do'anya yaa.. ^^
Pondok Azzahra.
Pukul 09.00 Pagi.
Subhanallah..
BalasHapusSalam untuk kakaknya ya ka Dhila.. ^^
Semoga ka Dhila segera menyusul, heu..
Bakallahu fiik..
Aamiin.
HapusWa fiik barakallah :)
Waah selamat. Barakallahu buat kedua pasangan yang berbahagia itu. Nikahnya di Palopo?
BalasHapusAamiin.
HapusIya kak, di palopo :)