Sabtu, 26 Desember 2015

Finally, I Found Him...


“Gadis berkacamata dengan sejuta pesona.” Ucap Putri yg sedang asyik mematuk diri di depan kaca.


Namanya Anastasya Shakira Putri. Kerap dipanggil, Putri. Seorang gadis berparas manis kelahiran Jakarta 1 April 1994. Tercatat sebagai mahasiswi tingkat akhir jurusan sastra di salah satu perguruan tinggi ternama di tempatnya. Hobi baca buku. Khususnya novel dengan nuansa cinta. Sangat menyukai lelaki berkacamata.

Memiliki dua orang kakak. Kakak pertamanya bernama Nisa, sedangkan kakak keduanya bernama Fiqri. Kedua kakak Putri sudah berkeluarga, dan masing-masing memiliki sepasang anak. Kedua kakaknya selalu terlihat bahagia tiap kali bertemu dengan keluarga.

Itulah mengapa hingga saat ini Putri ngebet minta dinikahkan oleh kedua orang tuanya. Ia ingin sekali merasakan kebahagiaan yg dirasakan oleh kedua kakak terkasihnya itu.

Hingga suatu hari Putri meminta pada kekasihnya, Windra untuk segera menikahinya.

Windra. Lelaki tampan berkumis tipis yg sedang menjalani kuliah semester akhir jurusan seni. Sosok Windra yg terkenal romantis dan keren ini sangat identik dengan motor thunder dan tentu saja, rokok! Memiliki sifat yg cuek dan dingin pada perempuan, kecuali pada Putri.

Semenjak orangtua Windra meninggal, Ia menjadi anak yang pendiam dan lebih sering menyendiri.
Beberapa pekan setelah kepergian orangtuanya, Windra mulai bergaul dengan anak-anak sekitar lorong rumahnya.

Disitulah awal mula Windra mengenal rokok, minuman keras dan sejenisnya. Hingga pada akhirnya Windra tertarik pada Putri, Mahasiswi teladan yg memiliki kharisma.

Windra yg tak tahu harus berkata apa untuk menyatakan perasaannya pada Putri, dengan tenang hanya menceritakan perjalanan pahit hidupnya pada gadis yg sedang duduk terpaku di hadapannya.

Windra merasa sedikit heran, mengapa dengan mudahnya Ia menceritakan segalanya pada orang yg baru saja ditemuinya. “Ahh.. apakah ini pertanda dari Tuhan?” gumamnya dalam hati.

Tak disangka. Putri yg sedari tadi duduk terdiam, merasa iba dan menitikkan air mata haru  pada lelaki berkumis tipis dengan rentetatan kisah kelamnya itu.

Karna merasa tidak tega untuk menolak, Putri akhirrnya menerima Windra sebagai pacarnya.

***

“Bakso dua, mbak” Uci memesan bakso kesukaannya dan Putri di kantin kampus. Sembari menunggu pesananan mereka berdua datang, terjadilah percakapan ringan di antara mereka.

Uci. Sahabat baik Putri sejak awal semester. Gadis imut yg selalu hadir dimanapun Putri berada [kecuali di wc]. Gadis unyu yg sangat hobi mendaki dan beberapa kegiatan menantang lainnya. Dan paling selalu ingin tau alias kepo dengan semua kejadian yg terjadi pada sahabatnya itu.

“Halo, Put” sapa lelaki berkacamata.

“Eh kak Rio” balas Putri sedikit kaget.

“Lagi ngomongin apa sih? Kok kayaknya serius banget” tanya Rio.

“Gak kok kak, lagi ngobrol biasa aja”.

Rio. Mahasiswa Teknik yg merupakan senior idaman Putri. Ia telah menyelesaikan studinya setahun yg lalu, dan sedang menjalankan project barunya di Jakarta.

Lelaki berkacamata ini sebenarnya sudah menaruh simpati pada Putri sejak dulu. Namun karena Putri sudah ditembak duluan sama Windra, ya mau bagaimana lagi.

Bukannya pengecut, Rio hanya tak ingin mengundang pertengkaran yg akan terjadi jika Ia tetap nekad menyatakan isi hatinya pada junior kesayangannya itu.

Sebenarnya Putri juga memiliki perasaan yg sama pada Rio. Hanya saja Ia tak tega untuk memutuskan Windra. Pernah satu kali Putri meminta untuk diputuskan. Tetapi Windra menolak. Menolak karna alasan hanya Putri satu-satunya orang yg Ia miliki di dunia ini.

Bahkan Windra pernah mencoba untuk bunuh diri jika Putri tetap kekeuh dengan keputusannya.

***

Beberapa tahun kemudian. Setelah wisuda bersama teman se-angkatannya, Putri dan Uci pergi berlibur ke Bandung. Kota Kembang yg terkenal dengan kuliner-kuliner khasnya. Ia juga mengajak Lili. Teman main Putri sejak kecil. Mereka tinggal di villa keluarga Uci. Rencananya mereka akan menghabiskan liburan disana selama dua minggu.

Selain keluarganya, sengaja Putri tidak memberitahukan keberangkatannya pada temannya yg lain, termasuk Windra. Dengan alasan Putri hanya ingin menghabiskan waktunya dengan sahabat baiknya, Uci.

***

Setibanya di villa. Mereka langsung merebahkan diri di kasur empuk milik Uci.

Saat jendela kamarnya dibuka. Pemandangan hamparan laut dan bukit hijau dari atas balkon seketika memanjakan dan menyejukkan mata. Sangat nyaman dan asri.

“Eh, planning hari ini apa ya bagusnya?” tanya Putri bersemangat.

“Santai mbak bro, hari ini kita istirahat dulu aja, capek tau. Lagian kita juga masih lama disini” jawab Uci sedikit bergurau.

“Iya sabar kali, Put. Rebahan aja dulu” sambung Lili sambil memencet tombol handphone-nya.

***

“Tok.. tok..” suara ketukan pintu dari luar.

“Eh ada yg ngetuk pintu kayaknya” ujar Lili.

“Ahh siapa sih yg bertamu malam-malam gini” timpal Uci.

“Udah sini biar aku yg bukain pintu” Putri bergegas melangkah dan membukakan pintu depan.
Dan ternyata…

“Asslamu’alaykum” sapa lelaki brewok.

“Wa- Wa’alaykumsalam” jawab Putri.

“Maaf cari siapa ya?” selidik Putri dengan wajah heran.

“Mohon maaf. Tadi saya lewat dan melihat mobil terparkir depan rumah. Saya pikir tamu yg sedang mampir ke rumah saya, ternyata bukan…”

“Oh iya, itu mobil teman saya. Maaf kami akan segera memindahkan mobilnya.” sela Putri.

“Tidak apa. Kalau begittu saya mohon diri. Mari, mbak.”

***

Keesokan paginya Putri menemukan bingkisan misterius di depan pintu kamarnya. Sebuah kotak berwarna pink berbentuk hati. Saat Ia membuka kotak itu, ternyata kosong. Tak ada apa-apa, kecuali secarik kertas putih bertuliskan “Halo, sayang!”

“Uciii… Liliii… bangun..!!” teriak Putri. Kedua sahabatnya terbangun dan melihat kotak juga kertas yg dipegang Putri.

“Wah itu pasti dari Windra, Put”.

“Gak mungkin, aku sama Windra kan…”

“Eh daripada ngomongin kiriman gak jelas ini, mending kita masak.” Putri mengalihkan pembicaraan.

“Biar aku yg ke supermarket beli bahan-bahannya yaa..”sambung Putri.

“Baiklah” balas Uci. Sedangkan Lili hanya mengacungkan jempol tanda bahwa Ia setuju.

***

Sepulang dari supermarket. Sengaja Putri melewati rumah milik lelaki brewok yg katanya rumahnya terletak di samping villa mereka. Mengamatinya dengan seksama. Dari depan tampak biasa saja.

Karena penasaran, Putri mencoba mendekati rumah tersebut. Terlihat dari dalam rumahnya sangat sederhana.

Sekilas Putri melihat sosok perempuan setengah baya tengah menjahit di ruang tamu seorang diri dengan wajah sedih. Ingin sekali rasanya Putri masuk ke rumah itu dan bertanya ada apa gerangan pada Ibu yg dilihatnya barusan. Tetapi Ia teringat bahwa kedua sahabatnya pasti sudah kelaparan menunggunya.

***

“Cekrek..!!” Putri membuka pintu. Dan betapa kagetnya Ia mendapati Uci dan Lili tergeletak di lantai dekat sofa ruang tamu. Tak lagi memperdulikan belanjaan di tangannya, Putri langsung menghambur pada Uci dan Lili.

Dengan histeris Putri berteriak sejadi-jadinya. Mencoba menggoyang-goyangkan tubuh kedua sahabatnya sambil terus memanggil namanya, “Uciii… Liliii… Ada apa ini..?? Kalian kenapa..??” Siapa yg sudah tega…” belum sempat Putri melanjutkan jeritannya, Uci dan Lili perlahan bangun dari pingsannya.

Lili mengucek matanya. Diikuti dengan Uci yg memegang kepalanya.

“Aduh kalian ini bikin khawatir saja." protes Putri.

“Kalian kenapa bisa tergelatak disini, hah?” tanya Putri dengan nada cemas.

“Aku juga gak tau, Put.” jawab Uci.

“Iya, aku juga gak inget apa-apa sama sekali” sambung Lili.

***

Semenjak kejadian yg menimpa Uci dan Lili, satu per satu peristiwa aneh terus terjadi di villa itu.

Hari kamis. tepatnya malam jumat pukul tujuh Putri hendak ke kamar mandi.

Usai mandi Putri mematikan showernya dan meminta tolong pada Uci untuk mengambilkan handuk sambil mengeluarkan tangan kanannya, “Ciii tolong ambilkan handuk dekat wastafel dong”.

Tanpa bersuara Uci langsung saja memberikan handuk yg dimaksud oleh Putri tadi.

***

“Eh tadi kamu triak kenapa, Put?” tanya Uci di meja makan.

“Hah, maksudnya?” Putri balik bertanya.

“Iya pas tadi kamu triak dari kamar mandi, aku tadi lagi masak sama Lili” jawab Uci. Sedangkan Lili hanya memasang wajah datar menyimak perbincangan kedua temannya itu 
 
“What? Jadi yg ngasih aku handuk tadi siapa?” Putri bertanya-tanya daam hati.

“Eh gak. Kamu salah dengar kali, Ci” balas Putri dengan wajah pucat.

“OMG..!! Apa-apaan ini. Masa iya yg ngasih handuk tadi itu, han- han- hantuu..??” Ahh gak! Aku gak percaya! Udah, Put udah! Gak usah dipikirin! Semua baik-baik saja.” Putri mencoba menenangkan diri.

***

Karena semakin penasaran, Putri mendatangi rumah yg terletak di samping villa mereka pagi-pagi sekali. Perlahan Ia ketuk pintu rumah sederhana itu. Sejurus kemudian tampak seorang Ibu separuh baya membukakan pintu.

“Iya cari siapa, nak?” “Maaf bu, boleh saya ketemu dengan anak Ibu?.”

“Maaf?” tanya Ibu separuh baya dengan nada heran.

“Iya. Anak laki-laki Ibu yg brewokan itu” jawab Putri.

“Silakan masuk dulu”.

Betapa terpukulnya Putri mendengar cerita yg baru saja sampai di telinganya. Ternyata Ibu separuh baya itu hanya tinggal berdua dengan suaminya.

Sedangkan suaminya sudah tua renta dan terbaring sakit di kamar sepanjang hari. Lelaki brewok yg dicari Putri adalah Adi, putra semata wayang Ibu itu.

Adi telah meninggal sepuluh tahun yg lalu. “Penyebab kepergian anak saya ada sangkut pautnya dengan villa yg kalian tempati saat ini” Ibu setengah baya menjelaskan dengan wajah sedih.
Wajah Putri yg tadinya segar seketika berubah menjadi pucat pasi pasca mendengar kisah dari Ibu separuh baya tadi.

***

“Uci..! Lili..! teriak Putri memecah keheningan malam.

Keduanya menghampiri dengan tergesa. “Ada apa, Put?” tanya Uci dan Lili kompak

Ada jejak kaki tanda bekas lumpur di sekitarnya. Mereka mengikuti jejak kaki itu hingga berakhir di wastafel kamar mandi. Tepat di kaca wastafel terdapat kalimat bertuliskan darah, “Halo, sayang!”

“Hei! Apa-apan ini? Bukankah kalimat ini yg juga tertulis jelas di secarik kertas dari dalam kotak tempo hari?” pikiran Putri mulai tidak karuan.

Satu per satu peristiwa aneh yg telah terjadi perlahan merasuki syaraf otaknya. Keringat dingin mulai bercucuran dari keningnya.

Berawal dari kedatangan roh Adi. Kotak misterius yg ditemukan Putri. Lalu Uci dan Lili yg pingsan mendadak tanpa diketahui apa penyebabnya. Sosok yg mengambilkan handuk. Kemudian jejak kaki dan tulisan mengerikan yg membuat bulu kuduk merinding.

Sesaat kemudian. Tepat di belakang Putri. Hadir sosok yg tidak asing lagi baginya. Windra!

“Halo, sayang!” sapa Windra. Sosok tampan yg dulunya hanya berkumis tipis. Kini wajah bersihnya ditutupi dengan brewok dan beberapa sayatan bekas luka. Aroma alkohol jelas tercium dari mulutnya. Sepertinya Windra sedang mabuk berat.

Ternyata Windra dalang di balik semua kejadian aneh beberapa hari ini.

Melihat kondisi Windra yg memprihatinkan sekaligus menyeramkan itu, Uci dan Lili sontak berteriak dan segera berlari menjauh dari lelaki mengerikan itu. Mereka berdua segera keluar dari villa untuk mencari pertolongan.

Sedangkan Putri tak mampu bergerak sedikitpun. Tubuhnya seakan berubah menjadi patung. Hatinya merintih kesakitan melihat orang yg dulu Ia sayang berubah tragis seperti sekarang ini.

“Tidak! Tidak! Aku tidak boleh lemah! Aku bukan Putri yg dulu lagi!” Putri membatin. Ia segera berlari ke lantai dua.

Ia menapaki satu anak tangga demi anak tangga secepat mungkin. Namun dari belakangnya terdengar nafas Windra yg juga terus mengejar Putri. Langkah mereka saling beradu.

Sesampainya di atas, Putri langsung menutup pintu dan menguncinya dengan tangan bergetar. Ia tau Windra yg sekarang bukan Windra yg dulu lagi.

***

“Hahaha” Windra tertawa terbahak-bahak.

“Put. Aku masih sayang kamu. Aku tau kamu juga masih menyayangiku” Windra meyakinkan.

“Kita bisa kayak dulu lagi, Put. Kita mulai semuanya dari awal. Kamu gak ingat apa yg sudah kita lakukan 5 tahun lalu? Aku ingin bertemu dengan anak kita, Put” suara Windra mulai serak.

Seketika semua kenangan itu hadir dalam memori Putri. Flashback!

Pakaian mahal. Cincin dan kalung bertuliskan nama mereka berdua. Tiap liburan selalu ke tempat-tempat wisata berdua. Menghabiskan malam-malam romantis bersama.

Hingga saat malam tahun baru tiba. Saat itu Windra sedang mabuk dan meminta pada Putri untuk melakukannya sekali. Awalnya Putri menolak. Namun karena Windra mengiba, akhirnya Ia menghancurkan benteng pertahanan Putri. Dan terjadilah…

Mereka telah melakukan itu sekali. Perbuatan menjijikkan. Perbuatan keji akibat cinta buta sepasang kekasih yg sedang dimabuk asmara.

***

“Gak! Gak ada anak! Aku gak ingat sama sekali! Pergi! Aku bukan Putri yg dulu lagi”

Dengan amarah yg membara Windra mendobrak-dobrak pintu Putri. Ia terus saja menendang pintu sekuat tenaga.

Mendengar usaha Windra yg hendak masuk, Putri segera menggeser meja rias yg ukurannya lumayan besar untuk menghalangi pintu agar tidak mudah terbuka.

Kondisi sudah semakin menegangkan saja. Dengan tergesa Putri meraih handphone-nya hendak menelpon kakaknya untuk meminta bantuan. Dan ternyata. Sial! Handphone-nya lowbat.

Sembari mencari akal untuk keluar dari villa, di luar Windra terus saja berusaha untuk menerobos pintu dengan berbagai cara.

Perlahan Putri mulai merasa pusing. Ia baru ingat sejak pagi tadi tak sedikitpun makanan masuk di perutnya, kecuali minum segelas air siang tadi.

Karena kepayahan, Windra mencari akal secepat mungkin. Tak lama kemdian Ia ke gudang dan mengambil jerigen minyak. Lalu Ia tumpahkan ke arah pintu Putri.

“Jangan paksa aku buat ngelakuin ini, Put” “Kamu yg minta aku jadi kayak gini.”

Sebatang korek api dinyalakan oleh Windra. Kemudian Ia jatuhkan korek itu ke pintu yg telah digenangi minyak tanah.

Pintu Putri mulai terbakar. Perlahan asapnya masuk dari celah pintu. Apinya mulai menjalar ke dalam kamar. Putri terbatuk-batuk karena menghisap asap yg disebabkan oleh Windra.

Putri mulai terhuyung. Tubuhnya tak lagi sanggup berdiri. Ia terjatuh. Matanya mulai kunang-kunang. Dan 
semua menjadi gelap…

***

“Bukk..!!” Sebuah tinju mendarat tepat di wajah Windra.

Tiba-tiba sosok misterius hadir dan melahap Windra tiada ampun. Pukulan dan tendangan terus saja diarahkan pada Windra.

Hingga pada akhirnya, “Krekk..!!” tulang punggung Windra patah. Ia jatuh seketika.

Sosok misterius yg hadir secara tiba-tiba itu adalah Rio, senior idaman Putri. Selain cerdas, Rio juga memiliki keahlian bela diri sejak kecil. Tak heran, memberi pelajaran pada makhluk sekelas Windra merupakan sarapan sehari-harinya.

Sedangkan di dalam kamar sudah ada Fiqri, abang terkasih Putri yg sedang memapah adiknya untuk keluar dari villa.

Sesaat Rio membalikkan badan dan, “Doorr..!!” Sebuah peluru melayang tepat sasaran. Rio terjatuh bersimbah darah.

Melihat itu, Fiqri segera mengambil pisau kecil di atas meja Putri dan melemparkannya ke arah Windra. Tepat sasaran!

Tangan Windra terkena sayatan pisau dan pistolnya terjatuh. Windra tak lagi mampu berkutik. Tubuhnya sudah mati rasa akibat terkena pukulan Rio tadi.

***

Beberapa saat kemudian Putri akhirnya siuman.

Saat terbangun Ia ternyata sudah ada di Rumah Sakit. Semua orang yang menyanyanginya hadir disana. Ayah dan Ibunya. Kak Nisa, Kak Fiqri, Uci, Lili.

Kemudian Putri melayangkan pandangannya ke ranjang sebelahnya. Ada sosok yg tak asing lagi baginya, Rio. Ya, itu Rio.

“Kak! Kak Rio kok bisa ada disini? Kak Rio kenapa?” tanya Putri pada abangnya.

“Tadi Rio yg menyelamatkan kamu, dek” jawab Fiqri dengan wajah teduh.

“Tangannya sempat kena tembakan peluru. Tapi syukurlah bisa segera diselamatkan” sambung  Fiqri.

Dengan wajah pucat dan lelah Rio berusaha memberikan senyum termanis untuk Putri. Kemudian menunjukkan ekspresi wajah seolah berkata, "Tak usah khawatir!".

Tanpa disadari, Putri meneteskan air mata. Air mata bahagia karena masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang Ia sayang.

***

Pasca kejadian itu. Akhirnya Putri memutuskan untuk mengenakan kerudung. Ia kini menjadi muslimah yg lebih cantik dan anggun dari sebelumnya. Ia pun telah memiliki sepasang anak yg lucu. Hasil buah cintanya dengan pangeran tampan pujaan hatinya, Ahmad Putra Rio!

Di samping itu. Hingga kini penyebab kematian Adi di villa 303 milik keluarga Uci belum juga terpecahkan. Itu masih menjadi misteri bagi dunia.



6 komentar:

  1. widiw cerpen genre thriller romantic ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehew lagi nyoba-nyoba bikin versi ini kak :D

      Hapus
  2. Hm .. sempat tadi saya kira kisah nyata. Ternyata cerpen. Dilla suka bikin cerpen ya ... ayo ikut2 lomba juga Dilla ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sukaaa kaaakkk :D
      Tp trgntung mood sih hehew

      Hapus
  3. Bagus, ceritanya gak datar dan konfliknya berkelas, kisahnya bisa membuat para pembaca ikut larut di dalam. Membuat pembaca merasa penasaran dengan alur ceritanya sehingga ingin cepat-cepat menyelesaikan cerpennya. Seruu, good luck (penulis muda berbakat) ;)

    BalasHapus

Followers

 

Ayari Tell The Story Template by Ipietoon Cute Blog Design