“Gadis berkacamata dengan sejuta pesona.” Ucap Putri yg sedang asyik mematuk diri di depan kaca.
Namanya
Anastasya Shakira Putri. Kerap dipanggil, Putri. Seorang gadis berparas manis
kelahiran Jakarta 1 April 1994. Tercatat sebagai mahasiswi tingkat akhir
jurusan sastra di salah satu perguruan tinggi ternama di tempatnya. Hobi baca
buku. Khususnya novel dengan nuansa cinta. Sangat menyukai lelaki berkacamata.
Memiliki
dua orang kakak. Kakak pertamanya bernama Nisa, sedangkan kakak keduanya
bernama Fiqri. Kedua kakak Putri sudah berkeluarga, dan masing-masing memiliki
sepasang anak. Kedua kakaknya selalu terlihat bahagia tiap kali bertemu dengan
keluarga.
Itulah
mengapa hingga saat ini Putri ngebet minta
dinikahkan oleh kedua orang tuanya. Ia ingin sekali merasakan kebahagiaan yg
dirasakan oleh kedua kakak terkasihnya itu.
Hingga
suatu hari Putri meminta pada kekasihnya, Windra untuk segera menikahinya.
Windra. Lelaki tampan berkumis tipis yg sedang menjalani kuliah semester akhir
jurusan seni. Sosok Windra yg terkenal romantis dan keren ini sangat identik
dengan motor thunder dan tentu saja, rokok! Memiliki sifat yg cuek dan dingin
pada perempuan, kecuali pada Putri.
Semenjak
orangtua Windra meninggal, Ia menjadi anak yang pendiam dan lebih sering
menyendiri.
Beberapa
pekan setelah kepergian orangtuanya, Windra mulai bergaul dengan anak-anak
sekitar lorong rumahnya.
Disitulah
awal mula Windra mengenal rokok, minuman keras dan sejenisnya. Hingga
pada akhirnya Windra tertarik pada Putri, Mahasiswi teladan yg memiliki
kharisma.
Windra
yg tak tahu harus berkata apa untuk menyatakan perasaannya pada Putri, dengan
tenang hanya menceritakan perjalanan pahit hidupnya pada gadis yg sedang duduk
terpaku di hadapannya.
Windra
merasa sedikit heran, mengapa dengan mudahnya Ia menceritakan segalanya pada
orang yg baru saja ditemuinya. “Ahh.. apakah ini pertanda dari Tuhan?” gumamnya
dalam hati.
Tak
disangka. Putri yg sedari tadi duduk terdiam, merasa iba dan menitikkan air
mata haru pada lelaki berkumis tipis
dengan rentetatan kisah kelamnya itu.
Karna
merasa tidak tega untuk menolak, Putri akhirrnya menerima Windra sebagai
pacarnya.
***
“Bakso dua, mbak” Uci memesan bakso
kesukaannya dan Putri di kantin kampus. Sembari menunggu pesananan mereka
berdua datang, terjadilah percakapan ringan di antara mereka.
Uci. Sahabat baik Putri sejak awal semester. Gadis imut yg selalu hadir
dimanapun Putri berada [kecuali di wc]. Gadis unyu yg sangat hobi mendaki dan beberapa kegiatan menantang
lainnya. Dan paling selalu ingin tau alias kepo
dengan semua kejadian yg terjadi pada sahabatnya itu.
“Halo,
Put” sapa lelaki berkacamata.
“Eh kak Rio” balas Putri sedikit kaget.
“Lagi ngomongin apa sih? Kok kayaknya serius banget” tanya Rio.
“Gak kok kak, lagi ngobrol biasa aja”.
“Eh kak Rio” balas Putri sedikit kaget.
“Lagi ngomongin apa sih? Kok kayaknya serius banget” tanya Rio.
“Gak kok kak, lagi ngobrol biasa aja”.
Rio.
Mahasiswa Teknik yg merupakan senior idaman Putri. Ia telah menyelesaikan
studinya setahun yg lalu, dan sedang menjalankan project barunya di Jakarta.
Lelaki
berkacamata ini sebenarnya sudah menaruh simpati pada Putri sejak dulu. Namun
karena Putri sudah ditembak duluan
sama Windra, ya mau bagaimana lagi.
Bukannya pengecut, Rio hanya tak ingin
mengundang pertengkaran yg akan terjadi jika Ia tetap nekad menyatakan isi hatinya pada junior kesayangannya itu.
Sebenarnya
Putri juga memiliki perasaan yg sama pada Rio. Hanya saja Ia tak tega untuk
memutuskan Windra. Pernah satu kali Putri meminta untuk diputuskan. Tetapi
Windra menolak. Menolak karna alasan hanya Putri satu-satunya orang yg Ia
miliki di dunia ini.
Bahkan
Windra pernah mencoba untuk bunuh diri jika Putri tetap kekeuh dengan keputusannya.
***
Beberapa
tahun kemudian. Setelah wisuda bersama teman se-angkatannya, Putri dan Uci
pergi berlibur ke Bandung. Kota Kembang yg terkenal dengan kuliner-kuliner
khasnya. Ia juga mengajak Lili. Teman main Putri sejak kecil. Mereka tinggal di
villa keluarga Uci. Rencananya mereka akan menghabiskan liburan disana selama
dua minggu.
Selain
keluarganya, sengaja Putri tidak memberitahukan keberangkatannya pada temannya
yg lain, termasuk Windra. Dengan alasan Putri hanya ingin menghabiskan waktunya
dengan sahabat baiknya, Uci.
***
Setibanya
di villa. Mereka langsung merebahkan diri di kasur empuk milik Uci.
Saat
jendela kamarnya dibuka. Pemandangan hamparan laut dan bukit hijau dari atas
balkon seketika memanjakan dan menyejukkan mata. Sangat nyaman dan asri.
“Eh,
planning hari ini apa ya bagusnya?” tanya Putri bersemangat.
“Santai
mbak bro, hari ini kita istirahat dulu aja, capek tau. Lagian kita juga masih
lama disini” jawab Uci sedikit bergurau.
“Iya
sabar kali, Put. Rebahan aja dulu” sambung Lili sambil memencet tombol
handphone-nya.
***
“Tok..
tok..” suara ketukan pintu dari luar.
“Eh ada yg ngetuk pintu kayaknya” ujar Lili.
“Eh ada yg ngetuk pintu kayaknya” ujar Lili.
“Ahh
siapa sih yg bertamu malam-malam gini” timpal Uci.
“Udah
sini biar aku yg bukain pintu” Putri bergegas melangkah dan membukakan pintu
depan.
Dan
ternyata…
“Asslamu’alaykum”
sapa lelaki brewok.
“Wa- Wa’alaykumsalam” jawab Putri.
“Maaf cari siapa ya?” selidik
Putri dengan wajah heran.
“Mohon maaf. Tadi saya lewat dan melihat mobil
terparkir depan rumah. Saya pikir tamu yg sedang mampir ke rumah saya, ternyata
bukan…”
“Oh iya, itu mobil teman saya. Maaf kami akan segera memindahkan
mobilnya.” sela Putri.
“Tidak apa. Kalau begittu saya mohon diri. Mari, mbak.”
***
Keesokan
paginya Putri menemukan bingkisan misterius di depan pintu kamarnya. Sebuah
kotak berwarna pink berbentuk hati. Saat Ia membuka kotak itu, ternyata kosong.
Tak ada apa-apa, kecuali secarik kertas putih bertuliskan “Halo, sayang!”
“Uciii…
Liliii… bangun..!!” teriak Putri. Kedua sahabatnya terbangun dan melihat kotak
juga kertas yg dipegang Putri.
“Wah itu pasti dari Windra, Put”.
“Gak mungkin,
aku sama Windra kan…”
“Eh
daripada ngomongin kiriman gak jelas ini, mending kita masak.” Putri mengalihkan
pembicaraan.
“Biar
aku yg ke supermarket beli bahan-bahannya yaa..”sambung Putri.
“Baiklah”
balas Uci. Sedangkan Lili hanya mengacungkan jempol tanda bahwa Ia setuju.
***
Sepulang
dari supermarket. Sengaja Putri melewati rumah milik lelaki brewok yg katanya
rumahnya terletak di samping villa mereka. Mengamatinya dengan seksama. Dari
depan tampak biasa saja.
Karena penasaran, Putri mencoba mendekati rumah
tersebut. Terlihat dari dalam rumahnya sangat sederhana.
Sekilas
Putri melihat sosok perempuan setengah baya tengah menjahit di ruang tamu
seorang diri dengan wajah sedih. Ingin sekali rasanya Putri masuk ke rumah itu
dan bertanya ada apa gerangan pada Ibu yg dilihatnya barusan. Tetapi Ia teringat
bahwa kedua sahabatnya pasti sudah kelaparan menunggunya.
***
“Cekrek..!!”
Putri membuka pintu. Dan betapa kagetnya Ia mendapati Uci dan Lili tergeletak
di lantai dekat sofa ruang tamu. Tak lagi memperdulikan belanjaan di tangannya,
Putri langsung menghambur pada Uci dan Lili.
Dengan
histeris Putri berteriak sejadi-jadinya. Mencoba menggoyang-goyangkan tubuh
kedua sahabatnya sambil terus memanggil namanya, “Uciii… Liliii… Ada apa
ini..?? Kalian kenapa..??” Siapa yg sudah tega…” belum sempat Putri melanjutkan
jeritannya, Uci dan Lili perlahan bangun dari pingsannya.
Lili
mengucek matanya. Diikuti dengan Uci yg memegang kepalanya.
“Aduh kalian ini bikin khawatir saja." protes Putri.
“Aduh kalian ini bikin khawatir saja." protes Putri.
“Kalian kenapa bisa tergelatak disini, hah?” tanya Putri dengan nada cemas.
“Aku
juga gak tau, Put.” jawab Uci.
“Iya,
aku juga gak inget apa-apa sama sekali” sambung Lili.
***
Semenjak
kejadian yg menimpa Uci dan Lili, satu per satu peristiwa aneh terus terjadi di
villa itu.
Hari
kamis. tepatnya malam jumat pukul tujuh Putri hendak ke kamar mandi.
Usai
mandi Putri mematikan showernya dan meminta tolong pada Uci untuk mengambilkan
handuk sambil mengeluarkan tangan kanannya, “Ciii
tolong ambilkan handuk dekat wastafel dong”.
Tanpa bersuara Uci langsung saja memberikan handuk yg dimaksud oleh Putri tadi.
Tanpa bersuara Uci langsung saja memberikan handuk yg dimaksud oleh Putri tadi.
***
“Eh
tadi kamu triak kenapa, Put?” tanya Uci di meja makan.
“Hah,
maksudnya?” Putri balik bertanya.
“Iya
pas tadi kamu triak dari kamar mandi, aku tadi lagi masak sama Lili” jawab Uci. Sedangkan
Lili hanya memasang wajah datar menyimak perbincangan kedua temannya itu
“What?
Jadi yg ngasih aku handuk tadi siapa?” Putri bertanya-tanya daam hati.
“Eh
gak. Kamu salah dengar kali, Ci” balas Putri dengan wajah pucat.
“OMG..!!
Apa-apaan ini. Masa iya yg ngasih handuk tadi itu, han- han- hantuu..??” Ahh
gak! Aku gak percaya! Udah, Put udah! Gak usah dipikirin! Semua baik-baik
saja.” Putri mencoba menenangkan diri.
***
Karena
semakin penasaran, Putri mendatangi rumah yg terletak di samping villa mereka
pagi-pagi sekali. Perlahan Ia ketuk pintu rumah sederhana itu. Sejurus kemudian
tampak seorang Ibu separuh baya membukakan pintu.
“Iya
cari siapa, nak?” “Maaf bu, boleh saya ketemu dengan anak Ibu?.”
“Maaf?”
tanya Ibu separuh baya dengan nada heran.
“Iya.
Anak laki-laki Ibu yg brewokan itu” jawab Putri.
“Silakan
masuk dulu”.
Betapa
terpukulnya Putri mendengar cerita yg baru saja sampai di telinganya. Ternyata
Ibu separuh baya itu hanya tinggal berdua dengan suaminya.
Sedangkan
suaminya sudah tua renta dan terbaring sakit di kamar sepanjang hari. Lelaki
brewok yg dicari Putri adalah Adi, putra semata wayang Ibu itu.
Adi telah meninggal sepuluh tahun yg lalu. “Penyebab kepergian anak saya ada
sangkut pautnya dengan villa yg kalian tempati saat ini” Ibu setengah baya menjelaskan
dengan wajah sedih.
Wajah
Putri yg tadinya segar seketika berubah menjadi pucat pasi pasca mendengar
kisah dari Ibu separuh baya tadi.
***
“Uci..!
Lili..! teriak Putri memecah keheningan malam.
Keduanya
menghampiri dengan tergesa. “Ada apa, Put?” tanya Uci dan Lili kompak
Ada
jejak kaki tanda bekas lumpur di sekitarnya. Mereka mengikuti jejak kaki itu
hingga berakhir di wastafel kamar mandi. Tepat di kaca wastafel terdapat
kalimat bertuliskan darah, “Halo, sayang!”
“Hei!
Apa-apan ini? Bukankah kalimat ini yg juga tertulis jelas di secarik kertas
dari dalam kotak tempo hari?” pikiran Putri mulai tidak karuan.
Satu
per satu peristiwa aneh yg telah terjadi perlahan merasuki syaraf otaknya.
Keringat dingin mulai bercucuran dari keningnya.
Berawal
dari kedatangan roh Adi. Kotak misterius yg ditemukan Putri. Lalu Uci dan Lili
yg pingsan mendadak tanpa diketahui apa penyebabnya. Sosok yg mengambilkan handuk.
Kemudian jejak kaki dan tulisan mengerikan yg membuat bulu kuduk merinding.
Sesaat
kemudian. Tepat di belakang Putri. Hadir sosok yg tidak asing lagi baginya.
Windra!
“Halo,
sayang!” sapa Windra. Sosok tampan yg dulunya hanya berkumis tipis. Kini wajah
bersihnya ditutupi dengan brewok dan beberapa sayatan bekas luka. Aroma alkohol
jelas tercium dari mulutnya. Sepertinya Windra sedang mabuk berat.
Ternyata
Windra dalang di balik semua kejadian aneh beberapa hari ini.
Melihat
kondisi Windra yg memprihatinkan sekaligus menyeramkan itu, Uci dan Lili sontak
berteriak dan segera berlari menjauh dari lelaki mengerikan itu. Mereka berdua
segera keluar dari villa untuk mencari pertolongan.
Sedangkan
Putri tak mampu bergerak sedikitpun. Tubuhnya seakan berubah menjadi patung.
Hatinya merintih kesakitan melihat orang yg dulu Ia sayang berubah tragis
seperti sekarang ini.
“Tidak!
Tidak! Aku tidak boleh lemah! Aku bukan Putri yg dulu lagi!” Putri membatin. Ia
segera berlari ke lantai dua.
Ia
menapaki satu anak tangga demi anak tangga secepat mungkin. Namun dari
belakangnya terdengar nafas Windra yg juga terus mengejar Putri. Langkah mereka
saling beradu.
Sesampainya
di atas, Putri langsung menutup pintu dan menguncinya dengan tangan bergetar.
Ia tau Windra yg sekarang bukan Windra yg dulu lagi.
***
“Hahaha”
Windra tertawa terbahak-bahak.
“Put.
Aku masih sayang kamu. Aku tau kamu juga masih menyayangiku” Windra meyakinkan.
“Kita
bisa kayak dulu lagi, Put. Kita mulai semuanya dari awal. Kamu gak ingat apa yg
sudah kita lakukan 5 tahun lalu? Aku ingin bertemu dengan anak kita, Put” suara
Windra mulai serak.
Seketika
semua kenangan itu hadir dalam memori Putri. Flashback!
Pakaian
mahal. Cincin dan kalung bertuliskan nama mereka berdua. Tiap liburan selalu ke
tempat-tempat wisata berdua. Menghabiskan malam-malam romantis bersama.
Hingga
saat malam tahun baru tiba. Saat itu Windra sedang mabuk dan meminta pada Putri
untuk melakukannya sekali. Awalnya Putri menolak. Namun karena Windra mengiba,
akhirnya Ia menghancurkan benteng pertahanan Putri. Dan terjadilah…
Mereka
telah melakukan itu sekali. Perbuatan menjijikkan. Perbuatan keji akibat cinta
buta sepasang kekasih yg sedang dimabuk asmara.
***
“Gak!
Gak ada anak! Aku gak ingat sama sekali! Pergi! Aku bukan Putri yg dulu lagi”
Dengan
amarah yg membara Windra mendobrak-dobrak pintu Putri. Ia terus saja menendang
pintu sekuat tenaga.
Mendengar
usaha Windra yg hendak masuk, Putri segera menggeser meja rias yg ukurannya
lumayan besar untuk menghalangi pintu agar tidak mudah terbuka.
Kondisi
sudah semakin menegangkan saja. Dengan tergesa Putri meraih handphone-nya
hendak menelpon kakaknya untuk meminta bantuan. Dan ternyata. Sial! Handphone-nya lowbat.
Sembari
mencari akal untuk keluar dari villa, di luar Windra terus saja berusaha untuk
menerobos pintu dengan berbagai cara.
Perlahan
Putri mulai merasa pusing. Ia baru ingat sejak pagi tadi tak sedikitpun makanan
masuk di perutnya, kecuali minum segelas air siang tadi.
Karena
kepayahan, Windra mencari akal secepat mungkin. Tak lama kemdian Ia ke gudang
dan mengambil jerigen minyak. Lalu Ia tumpahkan ke arah pintu Putri.
“Jangan
paksa aku buat ngelakuin ini, Put” “Kamu yg minta aku jadi kayak gini.”
Sebatang
korek api dinyalakan oleh Windra. Kemudian Ia jatuhkan korek itu ke pintu yg
telah digenangi minyak tanah.
Pintu
Putri mulai terbakar. Perlahan asapnya masuk dari celah pintu. Apinya mulai
menjalar ke dalam kamar. Putri terbatuk-batuk karena menghisap asap yg
disebabkan oleh Windra.
Putri
mulai terhuyung. Tubuhnya tak lagi sanggup berdiri. Ia terjatuh. Matanya mulai
kunang-kunang. Dan
semua menjadi gelap…
***
“Bukk..!!”
Sebuah tinju mendarat tepat di wajah Windra.
Tiba-tiba
sosok misterius hadir dan melahap Windra tiada ampun. Pukulan dan tendangan
terus saja diarahkan pada Windra.
Hingga
pada akhirnya, “Krekk..!!” tulang punggung Windra patah. Ia jatuh seketika.
Sosok
misterius yg hadir secara tiba-tiba itu adalah Rio, senior idaman Putri. Selain
cerdas, Rio juga memiliki keahlian bela diri sejak kecil. Tak heran, memberi
pelajaran pada makhluk sekelas Windra merupakan sarapan sehari-harinya.
Sedangkan
di dalam kamar sudah ada Fiqri, abang terkasih Putri yg sedang memapah adiknya
untuk keluar dari villa.
Sesaat
Rio membalikkan badan dan, “Doorr..!!” Sebuah peluru melayang tepat sasaran.
Rio terjatuh bersimbah darah.
Melihat
itu, Fiqri segera mengambil pisau kecil di atas meja Putri dan melemparkannya
ke arah Windra. Tepat sasaran!
Tangan
Windra terkena sayatan pisau dan pistolnya terjatuh. Windra tak lagi mampu
berkutik. Tubuhnya sudah mati rasa akibat terkena pukulan Rio tadi.
***
Beberapa
saat kemudian Putri akhirnya siuman.
Saat
terbangun Ia ternyata sudah ada di Rumah Sakit. Semua orang yang menyanyanginya
hadir disana. Ayah dan Ibunya. Kak Nisa, Kak Fiqri, Uci, Lili.
Kemudian
Putri melayangkan pandangannya ke ranjang sebelahnya. Ada sosok yg tak asing
lagi baginya, Rio. Ya, itu Rio.
“Kak!
Kak Rio kok bisa ada disini? Kak Rio kenapa?” tanya Putri pada abangnya.
“Tadi
Rio yg menyelamatkan kamu, dek” jawab Fiqri dengan wajah teduh.
“Tangannya
sempat kena tembakan peluru. Tapi syukurlah bisa segera diselamatkan”
sambung Fiqri.
Dengan
wajah pucat dan lelah Rio berusaha memberikan senyum termanis untuk Putri. Kemudian menunjukkan ekspresi wajah seolah berkata, "Tak usah khawatir!".
Tanpa
disadari, Putri meneteskan air mata. Air mata bahagia karena masih diberi
kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang Ia sayang.
***
Pasca
kejadian itu. Akhirnya Putri memutuskan untuk mengenakan kerudung. Ia kini
menjadi muslimah yg lebih cantik dan anggun dari sebelumnya. Ia pun telah
memiliki sepasang anak yg lucu. Hasil buah cintanya dengan pangeran tampan
pujaan hatinya, Ahmad Putra Rio!
Di
samping itu. Hingga kini penyebab kematian Adi di villa 303 milik keluarga Uci
belum juga terpecahkan. Itu masih menjadi misteri bagi dunia.
widiw cerpen genre thriller romantic ini
BalasHapushehew lagi nyoba-nyoba bikin versi ini kak :D
HapusHm .. sempat tadi saya kira kisah nyata. Ternyata cerpen. Dilla suka bikin cerpen ya ... ayo ikut2 lomba juga Dilla ...
BalasHapusSukaaa kaaakkk :D
HapusTp trgntung mood sih hehew
Bagus, ceritanya gak datar dan konfliknya berkelas, kisahnya bisa membuat para pembaca ikut larut di dalam. Membuat pembaca merasa penasaran dengan alur ceritanya sehingga ingin cepat-cepat menyelesaikan cerpennya. Seruu, good luck (penulis muda berbakat) ;)
BalasHapusArigatou ne, senpai! :)
Hapus